Oleh: Tono Rachmad P.H.
(Diambil dari tulisan penulis pada
majalah musik Staccato no.103/Th. IX/ April 2011, yang direvisi kembali pada
tulisan ini)
Pengantar:
Artikel ini masih jauh
dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan masukan dari pembaca masih
diperlukan untuk perbaikan selanjutnya. Mudah-mudahan bermanfaat dalam
memperkaya wawasan apresiasi musik. Terima kasih…
- Musik Dalam Kehidupan Masyarakat Periode Barok
Sebelum tahun 1800, musik seni Di Eropa
umumnya dibuat karena pesanan dari kalangan istana para bangsawan maupun dari
lingkungan gereja (terutama untuk keperluan peribadatan). Selain itu,
Gedung-gedung tempat pertunjukkan opera maupun lembaga-lembaga pemerintah
setempat juga membutuhkan musik. Para penikmat musik masa itu, senantiasa
menantikan karya-karya musik yang baru. Mereka kurang menyukai musik yang sudah
lama atau sudah ada sebelumnya (mereka menyebutnya sebagai old fashion style).
Kalangan penguasa pada masa itu,
berasal dari lapisan bangsawan. Kalangan ini tidak hanya memiliki kekuasaan
secara politis saja, tetapi juga memiliki kekayaan materi serta kekuatan
militer. Sebagai gambaran misalnya, kita dapat membaca dalam beberapa buku
sejarah Eropa tentang keadaan di Jerman yang saat itu terbagi atas 300 wilayah
pemerintahan. Para penguasa di masing-masing wilayah ini hidup dalam kemewahan.
Mereka memiliki tempat tinggal yang mewah dengan sajian musik yang
istimewa. Sajian musik bagi mereka semata-mata untuk hiburan pengisi waktu
luang atau sekedar hiburan guna menghilangkan kejenuhan.
Pada masa itu, sajian Musik
menempati posisi tersendiri dalam kehidupan kaum bangsawan/penguasa. Di istana
mereka, setidaknya terdapat satu grup orkes, satu grup paduan suara untuk
kegiatan religious dan group penyanyi untuk opera. Semakin kaya bangsawan
tersebut, maka semakin besar pula jumlah orang-orang yang terlibat dalam
kegiatan music di istananya. Group orkes, paduan suara, ataupun group opera itu
umumnya dikoordinir oleh seorang yang dianggap ahli dibidang musik. Sebagai
gambaran, J.S. Bach memimpin delapan belas orang pemain orkes pada tahun 1717
dalam sebuah istana kecil di Jerman. Sementara bangsawan lain bahkan bisa
memiliki pegawai music lebih dari delapan puluh orang. Di setiap istana tersebut,
para bangsawan ini memiliki direktur music yang bertugas
mengarahkan para pemain musik, mencipta, dan menyiapkan karya musik.
Karya-karya tersebut dipergunakan untuk berbagai keperluan seperti keperluan
ibadah, jamuan makan, opera maupun konserl di istana. Pekerjaan ini masih
ditambah lagi dengan tanggung jawab dalam menciptakan kedisiplinan para musisi,
pemeliharaan peralatan musik, dan pemeliharaan perpustakaan musik.
Pekerjaan sebagai direktur music
didalam istana bangsawan tersebut, di satu sisi merupakan pekerjaan
yang menguntungkan, karena memperoleh gaji yang cukup tinggi. Disisi lain juga,
setiap karya yang diciptakannya akan dimainkan. Namun demikian, mereka tetap
merupakan orang-orang yang tugasnya melayani kalangan atas/aristokrat yakni
para bangsawan dimana mereka bekerja.
Di lingkungan Gereja juga diperlukan
sajian-sajian music. Masyarakat umum memperoleh layanan music melalui
gereja-gereja, karena masa itu jarang terdapat gedung-gedung pertunjukan musik
untuk masyarakat umum. Mereka juga jarang diundang untuk menikmati musik di
istana para bangsawan. Di Gereja juga memiliki direktur music yang
bertugas membuat karya-karya musik, dan bertanggung jawab terhadap paduan suara
anak laki-laki (choir boys) gereja.
Para musisi gereja memperoleh
penghasilan yang lebih rendah dibandingkan mereka yang bekerja di istana para
bangsawan. Untuk bertahan hidup, mereka juga mencari kayu bakar dan biji-bijian
serta memperoleh penghasilan tambahan bila ada acara pernikahan atau pemakaman
yang membutuhkan pelayanan dari gereja tempat mereka bekerja.
Di sejumlah kota besar, kebutuhan
akan musik lebih beragam. Para musisi tidak hanya bekerja untuk gereja, prosesi
pemakaman, atau acara pernikahan, tetapi juga dalam acara wisuda, pertunjukkan
untuk menyambut tamu agung, atau sekedar memberi hiburan musik. Mereka dapat
bermain musik dengan para mahasiswa atau pemain musik amatir lainnya di
kedai-kedai kopi atau rumah-rumah tinggal.
Bagaimana seseorang bisa menjadi
musisi pada era Barok? Sebagian komposer-komposer ini awalnya merupakan anak
dari keluarga musisi pula, seperti J.S. Bach, Antonio Vivaldi, Henry Purcell,
atau Rameau. Mereka belajar dari orangtua atau kerabat keluarga mereka.
Di kota, anak laki-laki lebih banyak memiliki kesempatan untuk magang dari para
musisi, dibanding anak perempuan. Sebagai timbal baliknya, mereka
membantu untuk menyalin partitur karya yang dimiliki oleh para musisi tersebut.
Di Italia kemunculan para musisi berbakat ini juga karena jasa para musisi
sebelumnya. Para musisi itu banyak yang mengajar paduan suara untuk anak-anak
yatim dan orang-orang miskin di panti-panti penampungan. Sebagian dari mereka
kemudian ada yang berhasil dididik menjadi pemain musik atau penyanyi opera.
Untuk menjadi musisi, seseorang
harus melampaui tes yang sulit. Mereka pada awalnya diminta untuk membuat
komposisi musik serta menyajikannya dihadapan publik. Mereka dituntut
untuk bisa memenuhi kebutuhan musik yang diinginkan publik berdasarkan kualitas
yang tinggi. Komposer merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan
masyarakat Barok, yang bekerja untuk Istana, gereja, kebutuhan kota, dan
pertunjukan opera yang komersial.
- Karakter Musisi Barok Umumnya
Para musisi
Barok tidak hanya memiliki kebiasaan membuat karya berdasarkan pengamatan akan
fenomena alam saja, tetapi mereka juga memiliki kreativitas berpikir,
menggunakan perasaannya, serta bersikap matematis. Hal ini menyebabkan
karya-karya komposer Barok terkesan melawan kodrat alam. Karya empat musim
(Four Seasons) dari Antonio Vivaldi misalnya, merupakan contoh untuk hal ini.
Karya ini lebih terkesan kaku, dibuat-buat, atau dilebih-lebihkan.
Komposer Barok lebih
menganggap dirinya tidak hanya sebagai musikus, tetapi juga merasa sebagai
puitikus. Mereka menganggap bahwa manusia memiliki cara untuk mengatur ciptaan
Tuhan. Disatu sisi, mereka memiliki pandangan bahwa manusia adalah bagian dari
satu kesatuan alam semesta. Dilain sisi menyadari pula bahwa manusia memiliki
eksistensi individualnya. Hal ini tampak pada karya-karya musiknya. Oleh karena
itu, karya musik pada masa Barok berkesan sebagai ciptaan manusia yang lebih
independen tetapi tidak terkesan adanya perasaan yang dialaminya.
Oleh karena musik Barok
yang umumnya lahir dari istana bangsawan, maka komposisinya juga terkesan lebih
berkarakter feodalisme dan absolutism. Karya-karya para komposer ini umumnya
diciptakan berdasarkan pesanan para bangsawan, sehingga mereka menciptakan
karya-karya tersebut berdasarkan selera bangsawan tersebut. Namun demikian, ada
beberapa komposer Inggris dan Perancis yang menciptakan komposisi karena
keinginannya sendiri.
- Selintas Tentang Asal Mula Gaya Barok
Awal
mula gaya Barok ini diambil dari gaya arsitektural gereja di Italia, sekitar
tahun 1658. Gaya arsitektural ini pertama kali diperkenalkan oleh Algreco dan
Tintoreto. Dinding-dinding gereja banyak dihiasi lukisan-lukisan yang bertema
surgawi, sementara lukisan di dinding istana-istana para bangsawan lebih
banyak bertema alam. Gaya Barok ini kemudian berkembang pertama kali di Venesia
(Italia Utara) terutama untuk musik opera. Gaya Barok berakhir pada pertengahan
abad 18 (sekitar tahun 1750), seiring dengan perkembangan rasionalisme
dan naturalism baru di Eropa.
- Karakteristik Umum Musik Barok
Masyarakat
pada masa Barok banyak diberikan karya-karya musik yang indah,
menyenangkan, dan mengesankan, tetapi sekaligus berkesan simbolis dan
makna yang dalam. Simbol angka 3 (tiga) misalnya, memiliki makna tritunggal.
Demikian pula angka 4 (empat) misalnya, memiliki makna tentang unsur-unsur
alam. Peredaran dan susunan planet-planet dalam system tata surya juga
disimboliskan dalam perbandingan 4:5 untuk interval 3 (terts) mayor, 1:2 untuk
interval 8 (oktaf) murni, ataupun 2:3 untuk interval 5 (kuin) murni. Tidak
hanya symbol matematis saja yang digunakan dalam pengetahuan musik, tetapi juga
lainnya. Musisi Barok menyimbolkan bahwa pergerakaan melodi yang turun seperti
gambaran tentang surga. Sementara pergerakan melodi yang turun digambarkan
sebagai neraka.
Musik Barok umumnya memiliki
ulangan-ulangan yang sama serta variasi didalam detail-detailnya. Memiliki
pergerakan secara siklus, hidup, dan dinamis. Namun pada bagian lain
bergerak tenang dan mengalir. Berbeda dengan gaya klasik, gaya Barok
relatif tidak memiliki titik tujuan.
Berikut
ini, beberapa yang dapat dijadikan acuan manakala kita ingin mengapresiasi
musik Barok:
1). Perasaan yang menyatu
Kebanyakan karya-karya Barok
khususnya instrumental, memiliki satu kesan mood atau perasaan yang
menyatu. Misalnya suatu karya musik diawali dengan rasa bahagia, maka musik
tersebut juga terus berlangsung untuk membangun rasa bahagia dari awal hingga
akhir. Untuk itu, komposer menggunakan irama dan pola melodi tertentu tersebut.
untuk menggambarkan suatu perasaan tertentu.
Karakteristik ini tidak berlaku
untuk kebanyakan karya vocal Barok. Syair atau teks lagu umumnya menentukan
perubahan mood. Perubahan mood yang drastis dapat terjadi bila
syair atau teks lagunya menggambarkan perubahan pula. Namun demikian,
kebanyakan perubahan itu terjadi setelah satu gambaran perasaan dinyanyikan
dalam durasi atau jangka waktu yang panjang. Contoh karya yang dapat ditemukan
pada aspek ini, dapat didengar pada karya Concerto of Brandenburg dari
Johann Sebastian Bach.
2). Irama dalam gaya Barok.
Pola irama yang terdapat dalam
bagian awal karya musik Barok, biasanya akan digunakan dalam ulangan-ulangannya
sepanjang karya. Keberlanjutan gerak irama tersebut, memungkinkan perolehan
energi dan arah untuk terus bergerak maju. Jarang ditemukan karya Barok yang
aliran musiknya terganggu. Perasaan ketukan (beat) pada karya-karya Barok lebih
nyata dibandingkan karya-karya pada masa renaissance. Perhatikanlah bagaimana
irama tetap dipertahankan sejak awal hingga akhir pada karya Canon-nya
Pachebel
3). Melody dalam gaya Barok
Melodi dalam musik Barok juga
menghasilkan perasaan berkelanjutan. Suatu melodi yang diperdengarkan diawal
karya akan terdengar lagi secara berulang di sepanjang karya. Melalui
pengolahan melodi seperti repetisi, sekuens dan ornamentasi, sebuah frase
melodi pendek akan menjadi lebih panjang dan mengalir. Melodi jaman Barok
memberikan impresi ekspansi dinamika dibandingkan keseimbangan dan simetri.
Contoh yang baik dalam hal ini dapat kita simak pada karya Four Seasons-nya
Antonio Vivaldi
4). Dinamik bertingkat dalam gaya
Barok
Sejalan dengan pengolahan irama dan
melodi, dinamika pada musik Barok juga mementingkan aspek kontinuitas atau
keberlanjutan terus menerus. Volume suara dipertahankan pada level tertentu
untuk waktu yang agak panjang. Bila terjadi perubahan maka perubahan volume itu
memasuki level yang lebih tinggi. biasanya terjadi secara langsung tidak
bertahap, seperti pindah dari satu anak tangga ke anak tangga di tingkat yang
lebih tinggi di atasnya. Oleh karena itu, perubahan dinamik crescendo dan
dinamik decrescendo tidak lazim pada karya-karya musik Barok.
Perhatikanlah first movement Spring dari Four Seasons-nya Antonio
Vivaldi.
5). Tekstur dalam gaya Barok.
Karya-karya musik di akhir jaman
Barok, kebanyakan memiliki tekstur poliphoni. Tekstur ini berciri dua atau
lebih jalur suara yang saling berkompetisi untuk menarik perhatian pendengar.
Biasanya jalur suara sopran (atas) dan bas (bawah) adalah jalur suara yang
penting. Imitasi melodi pada jalur suara satu di jalur suara yang lain
merupakan fenomena yang lazim pada karya-karya musik masa itu. Walaupun
demikian, tidak semua musik akhir jaman Barok bertekstur poliphoni. Ada juga
karya yang menggunakan kombinasi poliphoni dan homophoni, seperti pada beberapa
karya George Frederick Handel atau karya-karya vocal jaman Barok. Karya-karya
Johann Sebastian Bach banyak menggunakan tekstur polifoni gaya Barok.
6). Penggunaan Akor dan Basso
Continuo di dalam Musik Barok.
Akor (Chord)) menjadi sesuatu
yang penting di jaman Barok. Bila pada masa sebelumnya (Renaissance)
keberlanjutan nada yang membentuk keindahan satu alur melodi secara horisontal
lebih dipentingkan, pada jaman Barok perhatian dalam membuat melodi sudah
didasari oleh keberadaan suara bas sebagai dasar dalam penyusunan melodi.
Seringkali komposer menciptakan melodi yang sesuai dengan akor yang diinginkan.
Perhatian terhadap akor juga
berimplikasi pada munculnya karakteristik lain yakni basso continuo. Contoh
yang mudah dalam hal ini dapat kita amati pada karya Adagio dari T. Albinoni.
Basso continuo atau figured bass merupakan iringan (accompaniment)
yang ditulis dalam bentuk suara bas dan symbol angka yang menggambarkan
nada-nada bagian suatu akor yang boleh dimainkan dalam bentuk improvisasi.
Biasanya dimainkan paling tidak oleh dua instrument yakni organ atau harpsikor
dan instrument yang bersuara rendah seperti celo atau basun. Dengan tangan
kirinya para pemain organ memainkan suara bass demikian pula dengan pemain celo
atau basun, sementara tangan kanan memainkan improvisasi akor. Dengan basso continuo
ini para pemain musik tidak direpotkan dengan tulisan yang kompleks karena
mereka cukup membaca symbol angka saja.
7). Syair dan musik gaya Barok.
Sebagaimana halnya komposer jaman
renaissance, komposer jaman Barok juga menggunakan musik untuk menggambarkan
kata-kata. Misalnya surga digambarkan dengan nada tinggi, sementara neraka
dengan nada-nada yang rendah. Komposer Barok seringkali menggunakan not yang
banyak dan padat untuk satu suku kata, untuk mendorong penyanyi menunjukkan
virtuositas atau kehebatannya dalam teknik menyanyi. Kata-kata atau kalimat
tertentu dapat diulangi beberapa kali sepanjang musiknya. Karya-karya opera
Barok, dapat dijadikan contoh yang baik untuk hal ini.
8). Orkestra Barok
Pada periode Barok, orkhestra masih
didominasi oleh string instrumen. Dalam standar modern, orkestra Barok
terdiri dari sepuluh sampai tiga puluh atau empat puluh pemain. Inti orchestra
yakni basso continuo (harpsikor dengan celo, double bass atau
basun) dan upper strings ( biola satu, biola 2 dan biola alto).
Penggunaan instrumen tiup kayu (woodwind), tiup logam (brass),
dan perkusi, bervariasi tergantung karya dan keinginan komposernya.
9). Fuga
Fuga adalah satu komposisi poliphoni
yang didasari oleh satu tema utama disebut subject. Fuga bisa dibuat
untuk karya instrumen maupun karya vokal. Tekstur fuga biasanya terdiri dari
tiga, empat atau lima jalur suara. Subject bisa diimitasi oleh berbagai jalur
suara. Walaupun keberadaan subject di sepanjang fuga menyiratkan keberlanjutan,
tetapi variasi ritmik, melodi dan perpindahan tangga nada memberikan kesan
makna yang berbeda di sepanjang karya. Karya-karya J.S. Bach banyak sekali
menggunakan bentuk fuga ini, dan karena itu orang sering menjuluki J.S. Bach sebagai
Bapak Fuga.
Pada banyak fuga, subject pada satu
jalur suara biasanya diringi oleh jalur melodi lain yang memiliki ide melodi
berbeda disebut counter melodi atau kontrapung. Counter melody selalu hadir
bersama-sama subject baik dalam jalur suara di bawahnya maupun di atasnya.
Sesudah pembukaan saat setiap suara mendapatkan giliran menyajikan subject,
komposer bebas untuk memutuskan berapa banyak subject diulangi, pada jalur
suara mana, dan dalam tonalitas apa saja.
Ciri-ciri musik Barok diatas, saat
ini masih banyak digunakan terutama pada gaya jazz. Penggunaan basso
continuo di dalam jazz dikenal sebagai walking bass. Demikian pula
dalam bentuk fuga, didalam jazz sering digunakan. Teori harmoni yang
dikemukakan oleh J.S. Bach dimasa Barok, bahkan hingga sekarang masih digunakan
dibidang aransemen atau penciptaan karya musik.
Sementara
karya-karya Barok, disinyalir banyak digunakan sebagai musik untuk terapi
terutama dalam meningkatkan konsentrasi belajar atau bekerja yang menggunakan
aktivitas berpikir. Referensi tentang hal ini, banyak kita temukan dibeberapa
literatur. Apakah kita mempercayainya dan telah mencobanya? Boleh
dibuktikan…Salam.
Sumber Pustaka:
- Sejarah Musik (Jilid 1-4), penulis: Karl-Edmund Pryer dan Dieter Mack, Penerbit: Pusat Musik Liturgi Yogyakarta, tahun 1995
- Music An Appreciation, Penulis: Roger Kamien, Penerbit: MC Graw-Hill Book Company New York, tahun 1988
Tidak ada komentar:
Posting Komentar